MENGAPA AL-QURAN BERBAHASA ARAB?
Oleh: Laila Nurbarkah
Sejarah mencatat utusan terakhir diutus dari negeri Arab. Dari garis
keturunan Nabi Ismail. Bukan dari garis keturunan Nabi Ishaq yang melahirkan
generasi kenabian sampai Nabi Isa AS. Kehadiran utusan terakhir telah diketahui
oleh pendeta Bahȋra yang telah menguasai kandungan kitab dan
manuskrip-manuskrip kuno.
Nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW. lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal pada
tahun gajah di Mekkah. Bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Masehi.
Ketika beliau berusia 40 tahun, saat ber-tahannuts di Gua Hira, Malaikat
Jibril menemuinya untuk menyampaikan wahyu Allah SWT. yang menandakan bahwa nabi
diangkat menjadi Rasul. Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi ialah Q.S
al-‘Alaq ayat 1-5 dan menggunakan bahasa Arab.
Mengapa Al-Qur’an berbahasa Arab?
Tentu jawaban dari pertanyaan ini telah tertera dalam Al-Qur’an. Silakan buka
dalam Q.S 12:2; Q.S 13:37; Q.S 16:103; Q.S 20:113; Q.S 26:195; Q.S 39:28; Q.S
41:3; Q.S 41:44;Q.S 42:7; Q.S 43:3; Q.S 46:12. Adapun salahsatu bunyi ayat yang
menjelaskan tentang turunnya al-Qur’an dengan berbahasa Arab adalah sebagai
berikut:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
Sesungguhnya Kami menurunkan Al-quran dengan bahasa Arab supaya kamu
memahaminya (Q.S 12: 2).
Dari ayat-ayat-Nya dapat kita ketahui bahwa al-Quran
turun dengan berbahasa Arab memang sudah diatur oleh Allah SWT dari sejak awal
penciptaannya di Lauhil Mahfudz. Namun, selain jawaban-jawaban dari
ayat-ayat al-Quran tersebut, ternyata terdapat jawaban yang dapat kita analisis
dengan akal pikiran kita. Apakah jawabannya adalah karena Nabi SAW berasal dari
negeri Arab? Apakah itu alasan kuatnya? Mari kita singkap dan buktikan!
Memang, saat ini jawaban yang lumrah
diutarakan dari pertanyaan mengapa al-Quran berbahasa Arab adalah karena Nabi
SAW. berasal dari Jazirah Arab. Tetapi jawaban ini menimbulkan anggapan-anggapan lain, yaitu jika Nabi berasal dari Indonesia maka al-Quran pun akan berbahasa
Indonesia. Atau jika dari China barangkali al-Quran akan berbahasa mandarin.
Atau pula jika Nabi berasal dari Inggris maka al-Quran pun barangkali akan
berbahasa Inggris. Lalu, apakah jawaban yang menimbulkan anggapan-anggapan lain
dapat dikatakan sebagai jawaban yang kuat? Nah, bisa disimpulkan bahwa jawaban ini lemah. Karena jawaban ini menimbulkan anggapan lain.
Mari simak lafadz lâ-ilâha-illa-allah
(لااله إلا الله). Lafadz tersebut terdiri dari tiga huruf yaitu lam,
hamzah dan ha. Tiga huruf itu bisa mewakili jiwa ketauhidan yang mencakup
keseluruhan makna kehidupan. Prinsip utama dalam agama Islam. Dari tiga hurup
itu—lam, hamzah dan ha—tersusun nama Tuhan paling agung: Allah (الله) . Kata ini tidak mempunyai bentuk dual (tatsniyyah)
dan plural (jamak). Tetapi Tuhan, dalam bahasa Inggris God mempunyai
bentuk plural menjadi Gods. Dalam bahasa Indonesia menjadi Tuhan-Tuhan.
Selanjutnya, lafadz jalalah (lafadz Allah), jika dibuang satu per
satu hurufnya tetap memiliki makna. Lafadz Allah (الله), dibuang hamzahnya tetap bisa dibaca lillah (لله) maknanya milik Allah. Dibuang lagi lam-nya
menjadi lahu ((له maknanya kepada Allah, kemudian dibuang lam-nya
menjadi hu (ه) bermakna (–Nya (Allah)). Selanjutnya, Tuhan dalam bahasa Inggris ialah God,
dibuang g-nya menjadi Od. Tidak memiliki makna apa-apa. Kata Dewa,
dibuang d-nya menjadi Ewa, dibuang e-nya menjadi Wa.
Tidak bermakna apa-apa. Selanjutnya kata Tuhan, dibuang t-nya
menjadi Uhan, dibuang u-nya menjadi Han. Dan, lagi-lagi
tidak bermakna apa-apa.[1]
Bukan hal yang bersifat kebetulan al-Quran diturunkan dengan berbahasa
Arab. Dari analisis di atas bisa disimpulkan bahwa tidak ada bahasa lain yang
sanggup mewakili kalam Illahi selain bahasa Arab. Lantas, hanya bahasa
Arab-lah yang mampu merepresentasikan atau mewakili kalam Illahi.[2] Inilah
jawabannya.
Maka dengan mempelajari dan mendalami bahasa Arab, itu merupakan satu di
antara beberapa kunci untuk memahami isi kandungan al-Qur’an.
Wallahu A’lamu []